Open Minded Salah Kaprah


         Akhir-akhir ini media dipenuhi postingan orang-orang yang mendukung freesex, drugs bahkan LGBT secara terang-terangan. Mereka mengatasnamakan “Open Minded” untuk mendukung legalisasi hal-hal tersebut. Bahkan, jika ada yang menentang pendapat mereka, akan langsung di cap sebagai orang yang tidak open minded.

Sebenarnya apasih open minded itu? Secara bahasa, open minded berarti berpikiran terbuka. Sedangkan secara istilah, open minded adalah ketika kamu tahu bahwa kamu benar, tapi juga tahu kalau bisa saja kamu salah dan orang lain yang benar. Nah, disini saya tidak akan membahas ciri-ciri orang yang open minded atau sejenisnya. Tapi lebih ke penyalahgunaan open minded oleh orang-orang yang sebenarnya ingin berbuat se-enaknya.

         Salah satu contoh dari orang yang menyalahgunakan open minded yakni, mereka tidak bersikap fleksibel dan tidak mampu menyesuaikan diri. Sebaliknya, mereka malah bersikap kaku dan menggunakan open minded sebagai tameng untuk melanggar norma-norma dan hukum yang telah berlaku.

Mengutip data dari berbagai sumber termasuk Komisi Nasional Perlindungan Anak, Hikmah mengungkapkan remaja SMP tercatat 62,7 persen tidak perawan, remaja 21,2 persen mengaku pernah aborsi.Perilaku seks bebas remaja tersebar di kota dan di desa dengan  ekonomi kaya dan miskin. (Dikutip dari Republika.co.id)

Data tersebut sudah cukup untuk membuktikan betapa amoralnya remaja saat ini. Ada ratusan ribu bahkan jutaan manusia yang dengan bangga mendeklarasikan bahwa dia sudah melakukan hubungan sex diluar nikah. Hilangnya rasa malu untuk berperilaku sexsual ditempat umum mengingatkan kita pada perilaku binatang, bahkan lebih kejam, karena mereka juga melakukan pembunuhan pada janin (Aborsi).

Apakah mereka binatang? Tentu tidak. Mereka manusia berakal yang seharusnya bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Pengungkapan perilaku sexual oleh para influencers juga membuktikan bahwa HS (Hubungan Sexual) akan digalakan sebagai hal yang tidak lagi tabu selagi sama-sama mau, meniru pola budaya barat, dengan dalih menampilkan citra sebagai orang yang tidak munafik. Hal tersebut meng ilangkan nilai ketimuran yang sangat menjunjung tinggi moral.

         Open minded tidak hanya tentang barat dan bebas. Orang yang open minded harusnya paham dan mengerti jika setiap daerah punya adat budaya nya masing-masing, tidak terkecuali Negara Indonesia. Freesex, LGBT, drugs dan sebagainya mungkin legal di barat karena sesuai dengan adat budaya mereka.

         Sebaliknya, hal-hal tersebut ilegal di Indonesia karena tidak sesuai dengan adat dan budaya kita. Sebagai orang yang mengaku open minded seharusnya kita bisa melihat dan menyesuaikan dengan kebudayaan lokal yang telah lama ada.


Orang open minded sekarang udah kayak pemerintah ya? Anti kritik. Upss


Comments

Post a Comment